Trending
Loading...
  • Teknologi saat ini sudah semakin maju
  • Kegiatan PKKMB di POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA
  • Novel kedua karangan Andhik Prastiarto berjudul D I A
  • Kecepatan Jaringan Internet saat ini sudah mencapai 4G LTE, akankan lanjut ke 5G ?
  • BIdadari Surga-Ku Novel pertama Andhik Prastiarto

Tab 1 Top Area

Tech News

Game Reviews

Recent Post

Friday, March 24, 2017
no image

Cerpen Bidadari Surga-ku Karangan Andhik Prastiarto (Rangkuman Novel Bidadari Surga-ku)

BIDADARI SURGA-KU

Karangan : Andhik Prastiarto
www.info-andhik.blogspot.com

            Di sebuah desa yang begitu terpencil, tinggallah seorang anak muda yang bernama Damar, ia terlahir sebagai anak yatim piatu yang hidup serba kekurangan. Damar mempunyai seorang sahabat yang setia mendampinginya disaat apapun, ia adalah Kumala, walaupun mereka berdua bukan saudara kandung, akan tetapi mereka saling menyayangi satu sama lain bahkan sudah seperti kakak / adik sendiri.
            Untuk mencukupi kebutuhannya sehari – hari, Damar bekerja di tempat pertanian dan perkebunan milik Haji Muksin, ya walaupun hasilnya tidak begitu besar namun yang terpenting baginya ialah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari. Saat bekerja pun Damar dan Kumala juga selalu bersama bahkan mereka berdua selalu mendapat jatah tugas yang sama dari sang mandor.
            Haji Muksin adalah seorang saudagar yang kaya raya, namun sayang embel – embel Haji yang ada di depan namanya, serasa tidak pantas untuk dirinya, mengapa demikian ? Haji Muksin memang kaya harta namun ia mempunyai sikap dan watak yang begitu keras dan kasar, selain itu ia juga terkenal dengan kesombongannya. Di balik sikap dan wataknya yang begitu tidak terpuji, Haji Muksin dikaruniai seorang anak perempuan dengan paras yang cantik serta dengan hati yang begitu lembut, berbeda jauh memang dengan Ayahnya, Haji Muksin.
            Suatu hari Damar dan Kumala mendapat jatah untuk membuat pupuk di belakang rumah Haji Muksin, tak disengaja Mereka bertemu dengan anak perempuan Haji Muksin, ia bernama Melati, Damar dan Kumala pun begitu terpana melihat paras cantik Melati. Lambat laun Damar mulai tertarik dengan Melati, begitu pula dengan Melati, di balik hati kecilnya, ia juga mulai tertarik dengan Damar.
            Pada suatu malam, Damar melukis paras cantik Melati untuk diberikan kepada Melati sendiri. Di balik semua kekurangan Damar, ia memang punya bakat melukis, bakat tersebut di turunkan dari Bapaknya sendiri yang saat ini telah pergi meninggalkan dirinya terlebih dahulu. Selepas lukisan itu selesai dibuat, dibubuhkannya dua buah kata di bawah lukisan tersebut, dua kata tersebut ialah “BIDADARI SURGA”. Keesokan harinya Damar memberikan lukisan yang dibuatnya tersebut kepada Melati. Melati pun begitu takjub melihat sebuah lukisan yang dibuat oleh tangan seninya Damar, mulai sejak itulah Melati semakin tertarik dengan Damar yang dianggapnya mempunyai kepribadian yang berbeda dengan yang lainnya.
            Waktu demi waktu telah berlalu hari demi hari telah dilewati, Damar dan Melati menjadi semakin akrab sedangkan Kumala juga tengah akrab dengan seorang sahabat perempuan Melati, ia adalah Mawar, sama seperti Melati, ia juga mempunyai paras yang cantik serta sikap dan hati yang begitu mulia. Namun sampai pada suatu hari Damar dan Kumala dituduh mencuri ayam milik Haji Muksin, Damar telah berusaha menjelaskan kepada Haji Muksin jika ia tidak melakukan hal yang tidak terpuji tersebut, bahkan walaupun hingga ribuan kata yang ia lontarkan kepada Haji Muksin, tak ada satupun yang di dengar olehnya.
            Semenjak peristiwa penuduhan tersebut, Damar dan Kumala dipecat oleh Haji Muksin, bahkan Mereka berdua dikucilkan oleh masyarakat setempat. Mereka berdua pun memutuskan untuk pergi merantau ke Batavia, saat ini sudah berganti nama menjadi Jakarta. Melati sempat melarang Damar dan Kumala untuk pergi ke Batavia, namun usahanya gagal tak membuahkan hasil, tekat Damar dan Kumala sudah bulat. Sejak awal Melati memang tidak mempercayai jika Damar dan Kumala yang mencuri ayam milik Ayahnya tersebut.
            Damar dan Kumala pun jadi pergi untuk merantau ke Batavia. Namun apalah daya nasi telah menjadi bubur, selang beberapa hari ternyata baru terungkap jika ayam milik Haji Muksin hilang bukan karena dicuri oleh Damar dan Kumala namun ayam itu dimasak oleh Bi Imah untuk lauk Melati saat ia ditinggal pergi ke mekkah oleh kedua orang tuanya, Bi Imah terpaksa menyembelih ayam milik Haji Muksin tersebut sebab di pasar sedang tidak ada pasokan lauk pauk, dikarenakan gagal panen, maka dari itu Bi Imah memasak ayam milik Haji Muksin tersebut. Mengapa Bi Imah baru mengaku ? Bukannya baru mengaku tetapi saat itu Bi Imah sedang menjenguk orang tuanya yang tengah sakit keras di rumah, sehingga ia libur beberapa hari hingga kejadian itu terjadi.
            Haji Muksin pun memutuskan untuk menyusul Damar dan Kumala ke Batavia, bersama rombongannya. Sungguh takdir yang sudah digariskan rapi oleh sang Maha Kuasa, rombongan Haji Muksin akhirnya dapat kembali bertemu dengan Damar dan Kumala, Haji Muksin pun meminta maaf kepada Mereka berdua, setelah penuh dengan bujuk rayuan akhirnya Damar dan Kumala mau untuk diajak pulang kembali ke kampun Halaman.
            Sampainya di desa, Damar dan Kumala telah disambut oleh keluarga Haji Muksin termasuk Melati dan Mawar. Haji Muksin pun kemudian berkata kepada Damar, “Damar, Saya sudah tahu, jika Kamu dengan Melati saling suka, sehingga kalian berdua sudah Saya restui, jadi kapan Kalian siap untuk menikah ?, kalau bisa secepatnya” ungkap Haji Muksin ke Damar. Damar pun begitu gembira dengan semua ini.

            Pada akhirnya Damar dan Melati bersatu menjadi sebuah pasangan suami istri yang sah. Mereka berdua sangat berbahagia akan kehendak Tuhan untuk Mereka. Diambillah oleh Damar sebuah lukisan yang dibuatnya dulu untuk Melati, ia melihat 2 buah kata yang bertuliskan “BIDADARI SURGA”, namun kemudian Damar membubuhkan sebuah kata di belakang tulisan tersebut, sehingga menjadi “BIDADARI SURGA-KU”. Sejak saat itu Damar dan Melati telah menjadi pasangan yang berbahagia karena dapat saling memiliki satu sama lain.
Copyright © 2018 Andhik Website All Right Reserved | Website Resmi Andhik Prastiarto
Redesign by Andhik Prastiarto
Back To Top